Periode 1966 hingga 1998 di Indonesia dikenal sebagai Sejarah Orde Baru. Ini adalah era yang kompleks, ditandai pembangunan pesat namun juga represi politik. Pemerintahan di bawah Soeharto membawa stabilitas jangka panjang. Namun, stabilitas ini juga memiliki harga yang mahal bagi kebebasan masyarakat.
Lahirnya Orde Baru erat kaitannya dengan peristiwa G30S/PKI. Setelah gejolak politik hebat, Soeharto muncul memulihkan keamanan. Melalui Supersemar, ia menerima mandat dari Presiden Soekarno. Ini menjadi titik tolak resminya kekuasaan Orde Baru. Rakyat berharap pada stabilitas dan perbaikan ekonomi.
Fokus utama Sejarah Orde Baru adalah pembangunan ekonomi. Pemerintah menerapkan program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Infrastruktur digalakkan, investasi asing didorong. Sektor pertanian menjadi prioritas untuk mencapai swasembada pangan. Hasilnya, ekonomi Indonesia tumbuh signifikan dalam waktu singkat.
Namun, di balik pertumbuhan itu, ada masalah struktural. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi endemik. Kekayaan menumpuk pada segelintir orang dekat kekuasaan. Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin semakin melebar. Kritik terhadap kebijakan ini jarang terdengar di publik.
Dalam bidang politik, Sejarah Orde Baru sangat sentralistik. Kekuasaan presiden begitu dominan dan terkonsentrasi. Partai Golkar, yang didukung pemerintah, selalu memenangkan pemilu. Oposisi politik praktis tidak memiliki ruang gerak yang berarti. Sistem politik menjadi sangat seragam.
Dwifungsi ABRI juga merupakan ciri khas era ini. Militer tidak hanya sebagai alat pertahanan negara. Namun juga terlibat aktif dalam urusan sosial-politik. Banyak jabatan sipil strategis diisi oleh anggota ABRI. Ini memperkuat kontrol pemerintah terhadap seluruh aspek kehidupan.
Represi politik menjadi alat untuk menjaga stabilitas. Kritik terhadap pemerintah seringkali direspons dengan keras. Aktivis dan intelektual yang vokal ditangkap atau dipenjara. Kebebasan pers sangat dibatasi, informasi dikontrol ketat. Hak asasi manusia seringkali diabaikan oleh negara.
Puncak krisis Sejarah Orde Baru terjadi pada 1997-1998. Krisis moneter Asia menghantam ekonomi Indonesia dengan parah. Banyak perusahaan bangkrut, pengangguran melonjak. Gelombang demonstrasi mahasiswa dan rakyat meledak di mana-mana. Tuntutan reformasi menguat.