Pendidikan Multikultural: Program SMP yang Merayakan Identitas dan Keberagaman Karakter

Memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa transisi di mana identitas diri siswa mulai terbentuk secara kuat, di tengah lingkungan yang semakin heterogen. Oleh karena itu, penerapan Pendidikan Multikultural di sekolah menjadi sebuah keharusan, bukan sekadar pelengkap kurikulum. Program ini bertujuan merayakan setiap identitas dan keberagaman karakter siswa, memastikan bahwa perbedaan suku, agama, bahasa, dan latar belakang sosial dipandang sebagai kekayaan, bukan sumber perpecahan. Di Indonesia, yang dikenal sebagai negara majemuk, Pendidikan Multikultural adalah fondasi bagi terciptanya harmoni sosial sejak dini.


Integrasi Kurikulum dan Kegiatan Inovatif

Salah satu contoh sukses implementasi Pendidikan Multikultural adalah melalui integrasi ke dalam kurikulum mata pelajaran. Di SMP Harapan Bangsa, misalnya, guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) kelas VII telah merancang proyek tahunan bertajuk “Ekspresi Budaya Nusantara.” Proyek ini dilaksanakan selama bulan Agustus hingga Oktober 2024. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, di mana setiap kelompok wajib memilih satu provinsi di Indonesia dan memamerkan warisan budaya—mulai dari kuliner, pakaian adat, hingga kesenian tradisional—dari provinsi tersebut.

Puncak dari kegiatan ini adalah Festival Budaya Mini yang diadakan di aula sekolah pada hari Jumat, 25 Oktober 2024, pukul 09.00–12.00 WIB. Acara ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang pameran, tetapi juga sebagai ruang dialog. Siswa yang berasal dari suku atau etnis yang berbeda didorong untuk menjadi “pakar budaya” bagi kelompoknya, berbagi kisah dan praktik otentik, sekaligus menepis stereotip yang mungkin beredar di kalangan teman sebaya. Hasil dari program ini adalah peningkatan nyata dalam pemahaman siswa tentang semboyan Bhinneka Tunggal Ika.


Membangun Sikap Toleransi dan Anti-Diskriminasi

Selain melalui kegiatan budaya, Pendidikan Multikultural juga diterapkan melalui program pembinaan karakter yang berfokus pada penghapusan prasangka (prejudice reduction). Setiap hari Senin minggu pertama setiap bulan, seluruh siswa dan staf pengajar di SMP Harapan Bangsa mengikuti sesi “Refleksi Toleransi” yang dipandu oleh Guru Bimbingan dan Konseling (BK). Dalam sesi ini, dibahas studi kasus nyata tentang isu-isu diskriminasi, baik yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di media sosial.

Pada tanggal 4 November 2024, sesi tersebut secara spesifik membahas mengenai pentingnya menggunakan bahasa yang inklusif dan menghindari ujaran kebencian berbasis SARA. Komitmen sekolah terhadap penanaman nilai toleransi ini sangat tinggi. Diketahui, pada insiden kecil yang melibatkan perdebatan agama antar siswa di kantin sekolah pada hari Rabu, 15 Januari 2025, pihak sekolah segera melakukan penanganan. Ibu Siti Aminah, S.Ag., selaku Koordinator Program Keagamaan, melakukan mediasi pada hari itu juga, pukul 13.00 WIB, dengan melibatkan kedua belah pihak dan orang tua, menjamin bahwa penyelesaian dilakukan secara kekeluargaan berdasarkan prinsip saling menghormati dan tidak memihak.

Program-program ini—baik yang terintegrasi dalam kurikulum maupun yang bersifat ekstrakurikuler—menciptakan lingkungan yang aman dan adil. Melalui implementasi Pendidikan Multikultural yang menyeluruh, SMP memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya mencerdaskan siswa secara akademik, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang cerdas secara sosial, siap hidup harmonis dalam masyarakat yang beragam. Investasi ini merupakan kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di masa depan.