Borobudur: Menguak Rahasia Relief Tersembunyi yang Sengaja Ditutup

Salah satu mahakarya arsitektur Buddha terbesar di dunia, Borobudur, berdiri megah di Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini tak hanya memukau dengan arsitektur stupanya yang kolosal, tapi juga menyimpan misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya. Salah satu misteri paling menarik adalah keberadaan relief tersembunyi yang sengaja ditutup, menimbulkan rasa penasaran mendalam.

Relief ini terletak di kaki asli Borobudur, yang kini tertutup oleh penopang batu. Struktur penopang ini, yang disebut “tangga rahasia” atau “kaki tersembunyi,” dibangun untuk menstabilkan candi. Namun, keputusan untuk menutupi relief-relief tersebut menjadi bahan perdebatan dan spekulasi di kalangan para sejarawan dan arkeolog.

Para peneliti percaya bahwa relief-relief tersembunyi ini menggambarkan hukum karma. Mereka menampilkan adegan-adegan kehidupan sehari-hari, ganjaran kebaikan, dan hukuman atas kejahatan. Koleksi relief ini adalah “Kamadhatu,” yang melambangkan alam nafsu atau keinginan, salah satu alam dalam kosmologi Buddha.

Penemuan relief ini pada akhir abad ke-19 oleh Dr. J.W. Ijzerman, seorang insinyur Belanda, menjadi tonggak penting dalam penelitian Borobudur. Ia berhasil menemukan bagian-bagian dari relief yang tertutup, mengungkapkan keberadaan lapisan arsitektur yang sebelumnya tidak diketahui. Penemuan ini mengubah pemahaman kita tentang candi.

Ada beberapa teori mengapa relief-relief ini ditutup. Teori pertama menyatakan bahwa penutupan dilakukan untuk alasan struktural. Beban batu dari bagian atas candi menyebabkan dinding kaki asli retak, sehingga diperlukan penopang untuk mencegah keruntuhan. Ini adalah keputusan pragmatis.

Teori lain menunjukkan bahwa penutupan memiliki makna spiritual atau filosofis. Mungkin relief-relief tersebut dianggap terlalu duniawi atau tidak sesuai dengan ajaran Buddha yang lebih tinggi. Dengan kata lain, hal itu mungkin dimaksudkan untuk memfokuskan perhatian pada ajaran-ajaran yang lebih transenden di tingkat atas.

Beberapa sejarawan juga berpendapat bahwa penutupan mungkin terkait dengan perubahan dalam pemahaman atau praktik keagamaan. Ajaran Buddha dapat berkembang dari waktu ke waktu, dan mungkin ada kebutuhan untuk menyesuaikan representasi visual dengan interpretasi yang lebih baru atau lebih ketat.

Terlepas dari alasan pastinya, keberadaan relief tersembunyi ini menambah lapisan misteri pada Borobudur. Relief-relief ini menjadi bukti bahwa candi ini terus berevolusi, baik secara fisik maupun spiritual, sepanjang sejarahnya yang panjang. Ini adalah bagian yang tak terpisahkan dari narasi candi.

Pentingnya relief-relief ini terletak pada kemampuannya untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kehidupan dan kepercayaan masyarakat Jawa kuno. Mereka adalah jendela ke masa lalu, mengungkapkan detail tentang budaya, agama, dan nilai-nilai yang dianut pada zaman itu.

Upaya konservasi modern telah berfokus pada pelestarian relief-relief yang terlihat, sementara relief tersembunyi tetap berada di bawah penopang. Teknologi pencitraan canggih terus digunakan untuk mempelajari relief tersembunyi ini, berharap suatu hari dapat mengungkap sepenuhnya pesan yang mereka bawa.